Abiy Ahmed ali merupakan seorang perdana menteri Ethiophia yang berhasil meraih nobel perdamaian 2019, penghargaan tersebut diumumkan pada 11 oktober . Abiy ahmed ali mendapatkan nobel atas peran yang luar biasa dalam membantu mengakhiri konflik Antara Ethiopia dan Eritrea yang telah berlangsung selama 20 tahun. Kepemimpinan Abiy Ahmed Ali dianggap menjadi tonggak awal dan membawa perubahan yang terjadi di Ethiopia karena semenjak kepemimpinnya banyak perombakan terhadap situasi politik di Ethiopia. Hal tersebut merupakan suatu hal baru yang dibawa seorang pemimpin dalam menyelesaikan banyak masalah yang terjadi di negara Ethiopia.


Konflik yang terjadi antara Ethiopia dan Eritrea merupakan konflik yang berlangsung pelik. Konflik tersebut bermula ketika Eritrea mendapatkan kemerdekaan dari Ethiopia setelah melakukan upaya referendum. Setelah itu, konflik masih berlangsung lebih parah akibat batas wilayah yang bias, salah satu wilayah yang diperebutkan kedua negara tersebut adalah Badme. Akibat situasi tersebut dibuat pertemuan antara kedua negara yang diinisiasi PBB guna meredam konflik yang didasarkan kepada resolusi nomor 1312 tahun 2000 yang kemudian menghasilkan sebuah perjanjian Algerian agreement serta pembuatan zona aman di wilayah Eritrea . Namun sayangnya pada saat itu perjanjian tersebut dianggap tidak berfungsi seccara efektif, karena konflik antara Ethiopia dan Eritrea terus berlangsung.


Hingga pada tahun 2019 saat Abiy Ahmed Ali menjabat sebagai Perdana menteri Ethiophia menerapkan kebijakan yang salah satunya adalah menyetujui Algierian Agreement. Selain itu, Abiy Ahmed Ali juga membebaskan tawanan perang, serta menyetujui keputusan Eritrea – Ethiopia Boundary Commision (EEBC). Abiy ahmed ali juga kembali membuka jalur penerbangan Ethiopia Air ke Eritrea sebagai bentuk perdamaian kedua negara tersebut. Keputusan yang dibuat oleh Abiy Ahmed Ali mendapatkan sambutan baik dari Osman Saleh Ied yaitu menteri luar negeri Eritrea yang melakukan kunjungan diplomatik ke Ethiopia.

Dalam menerapkan keputusan tersebut bukan hal yang mudah untuk dilakukan dan dibutuhkan banyak pertimbangan serta keberanian. Mengingat kedudukannya sebagai kepala negara maka keputusan yang dibuat akan menuai berbagai perspektif di kalangan masyarakat. Maka, sangat wajar bagi seorang revolusioner yang dapat membuat sebuah perubahan ke arah yang lebih baik mendapat sebuah penghargaan atas tindakannya. Walaupun Abiy Ahmed Ali mendapatkan nobel perdamain atas kebijakan yang telah dibutanya dan dianggap dapat meredamkan status quo yang terjadi anatra Ethiopia dan Eritrea, kondisi yang terjadi di dalam negera tersebut belum benar benar dikatakan stabil karena masih kerap terjadi konflik khususnya antar kelompok kelompok tertentu dengan kepentingan yang berbeda beda contohnya kelompok yang pro dan kontra terhadap keputusan yang diambil oleh Abiy Ahmed Ali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *