Film 13 Hours The Secret Soldiers of Benghazi. Sumber: www.amazon.com13 Hours The Secret Soldiers of Benghazi. Sumber: www.amazon.com

13 Hours The Secret Soldiers of Benghazi

13 Hours The Secret Soldiers of Benghazi. Sumber: www.amazon.com 

Secara singkat film ini menceritakan bagaimana terbunuhnya duta besar Amerika untuk Libya pada tahun 2012 di Benghazi beserta evakuasi warga negara Amerika yang bertugas disana tepat setahun setelah terjadinya revolusi yang menggulingkan Khadafi di Libya. Keadaan yang sangat kacau melanda Libya dengan jatuhnya gudang senjata peninggalan militer Khadafi ke tangan tidak dikenal yang disertai dengan munculnya kelompok teroris menyebabkan ancaman terhadap aset diplomatik AS yang berada di Tripoli dan Benghazi. Situasi Libya yang tidak pasti dengan berbagai kelompok bersenjata yang tersebar di seluruh kota Benghazi menjadikan situasi tidak benar – benar aman termasuk Duta Besar Amerika untuk Libya Chris Stevens. Untuk mengatasi ancaman tersebut CIA menyewa 6 orang tentara profesional yang pernah bertugas di berbagai kesatuan elit Amerika dengan sandi tim GRS (Global Response Team).

Keenam orang tersebut sebelumnya hanya ditugaskan sebagai pasukan pengawalan biasa oleh ‘chief’ markas CIA dengan lingkup tugas terbatas. Keadaan yang semakin memburuk dengan terjadinya serangan ke konsulat Amerika menjadikan keenam tentara profesional tersebut melakukan inisiatif pertolongan kepada duta besar beserta staf walaupun tidak diberikan wewenang oleh kantor CIA disana. Perdebatan antara kantor CIA dan GRS menyebabkan pertolongan terlambat tiba ketika pasukan militan berhasil masuk dan membakar tempat perlindungan duta besar Amerika yang berlindung bersama seorang staf IT dan seorang petugas dari DS (Diplomatic Security). Upaya pencarian dubes Chris terus dilakukan tetapi upaya tersebut tidak memberikan hasil hingga serangan militan selanjutnya di markas Annex CIA memaksa tim GRS tersebut untuk bertahan bersama dengan milisi lokal pro – Amerika (17th February Brigade) dengan tewasnya salah satu diantara keenam prajurit CIA tersebut yang bernama ‘Rone’.

Dari film 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi tersebut, ada dua kepentingan nasional yang ditunjukan. Pertama adalah menghancurkan gudang persenjataan bekas peninggalan Khadaffi yang banyak diambil alih oleh bekas loyalisnya untuk dijual ke pasar gelap. Adegan ini ditunjukan ketika agen CIA melakukan transaksi senjata dengan eks loyalis Khadaffi yang pernah bertugas bersama pasukan pengamanan personal. Transaksi tersebut dipantau melalui pesawat UAV Amerika agar mendapatkan koordinat gudang senjata yang menjadi target operasi. Kedua adalah bagaimana mengamankan dan mengevakuasi seluruh warga negara Amerika termasuk duta besar Chris Stevens[1] untuk pergi ke tempat yang aman keluar dari kota Benghazi dengan waktu yang terbatas. Film ini menggambarkan secara tersirat mengenai gambaran kepentingan nasional Amerika untuk melindungi ancaman terhadap warga negaranya dan sekutunya di luar negeri sebagai prioritas kedua setelah ancaman serangan langsung terhadap tanah air dan infrastruktur di dalamnya[2] termasuk petugas korps diplomatik. Menurut laporan US State Department, sejak tahun 1977 terhitung sudah banyak 65 petugas diplomatik AS terbunuh akibat serangan teroris[3].

Paska Khadaffi lengser, kevakuman kekuasaan dan penyebaran senjata ilegal menjadikan pemerintah baru Libya menggunakan berbagai kelompok milisi  untuk menjaga keamanan dan stabilitas internal sambil menunggu restrukturisasi Libyan National Army yang baru[4]. Beberapa dari milisi melakukan penyerangan terhadap fasilitas diplomatik AS, maka yang terjadi adalah konflik antara negara AS terhadap aktor non – state yang hidup di dalam failed states. Dalam film ini digambarkan kelompok milisi fanatik berlatarbelakang motif agama menjadi pelaku penyerangan. Disini juga diperlihatkan bagaimana CIA harus menghadapi non – state actor seperti Anshar Al-Sharia dan berkoordinasi dengan 17th Brigade February Martyrs yang merupakan ranah abu – abu dalam hubungan internasional.

Sekilas mengingat kembali dalam teori neo-realisme yang memiliki fokus utama terhadap negara, berarti membatasi level analisanya hanya kepada aktor negara. Menurut paradigma ini negara bersifat unitary actor[5] yang berusaha memperhitungkan untung rugi dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Seperti yang ditunjukan dalam beberapa adegan di film ini bahwa misi yang dijalankan oleh keenam prajurit tersebut tidak berada dalam dukungan resmi negara. Secara ringkas dapat dibandingkan dengan perang konvensional dengan kehadiran dukungan angkatan udara dalam menjalankan operasi, namun disini diberikan dalam bentuk terbatas hanya dalam surveillance dan informasi intelijen. Memperhitungkan untung dan rugi dalam menjalankan kebijakan juga diperlihatkan dalam adegan koordinasi antara markas CIA di Benghazi dengan US AFRICOM. Terjadi dua kepentingan yang bertolak belakang dalam pelaksanaan kebijakan di level operasional.

Selain sifat negara yang uniter, teori realisme menyatakan situasi dunia internasional yang anarki tidak memungkinkan untuk melakukan kerjasama dan memaksa negara untuk tidak dapat mengandalkan negara dan institusi lain dalam menjalankan kepentingan nasionalnya. Sebagaimana dalam film ini telah gambarkan, yaitu mengevakuasi dan menyelamatkan warga negaranya di negara yang sedang berkonflik. Mekanisme self-help dan unilateralisme ditunjukan sangat relevan dimana AS menjalankan sendiri operasi evakuasi tersebut secara keseluruhan tanpa sepenuhnya mengandalkan bantuan dari milisi lokal yang pro-Amerika[6]. Walaupun disini non-state actor yang ditunjukan dalam film ini secara tidak langsung mempengaruhi pengambilan kebijakan suatu negara. Peran aktor non-state ini mempengaruhi bagaimana Amerika bersikap dan melakukan kebijakan yang berkaitan dengan keamanan warga negaranya di luar negeri. Milisi 17th February Martyrs Brigade dan seluruh milisi di Libya diragukan kepercayaannya karena tidak mengikuti permintaan koordinasi dari tim GRS dan CIA.

Film 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi sendiri tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Dari keseluruhan adegan, ada sejumlah bagian di film ini tidak menceritakan secara detail dan akurat bagaimana Chris Stevens menghilang ketika mencoba keluar dari bunker yang telah terbakar tetapi Chris Stevens disebutkan berstatus MIA (Missing in Action). Setelah semua staf diplomatik, sipil dan tim evakuasi bertemu di Bandara Benghazi sebelum diberangkatkan ke Tripoli. Berdasarkan laporan resmi yang tertulis dari US House Representative of Permanent Select Committee on Intelligence menyatakan bahwa Ambassador Stevens ditemukan oleh warga sekitar dan dibawa ke sebuah rumah sakit di kota Benghazi[7]. Kenyataannya tim Tripoli yang terdiri dari 7 orang yang terdiri dari 5 CIA dan 2 militer AS terlambat mengetahui informasi tersebut[8]. Keterlambatan memperoleh informasi tersebut juga tidak lepas dari izin dari kepala markas CIA yang memilih strategi ‘wait and see’ terhadap perubahan situasi yang terjadi. Kedua, film ini tidak menayangkan secara keseluruhn hambatan – hambatan yang terjadi seperti yang sudah dijelaskan dalam laporan kronologis US House Representative of Permanent Select Committee on Intelligence. Fokus yang ditekankan pada film ini lebih mengarah kepada adegan skirmish antara tim keamanan CIA dan kelompok milisi. Ketiga, tidak ada pernyataan resmi dari Gedung Putih yang seharusnya juga menjadi bagian dari adegan film tersebut, hanya diberikan sekilas berupa

Dari perspektif penulis, nilai yang bisa dipetik dari film 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi adalah kepentingan nasional merupakan suatu hal yang sangat mutlak untuk diprioritaskan, terlepas dari apapun yang terjadi dan regulasi yang mengaturnya. Dalam hal ini kepentingan Amerika untuk menjaga keamanan dari warga negaranya yang berada di dalam dan luar negeri dari berbagai ancaman. Operasi yang dilakukan oleh Amerika di film ini menunjukan upaya yang dilakukan oleh AS dalam melindungi warga negaranya melalui suatu operasi khusus di Libya, yang pada hal ini sedikit berbeda dengan seperti apa yang pernah dilakukan di Iran tahum 1979[9]. Bertugas dalam suatu negara yang berbahaya dengan situasi keamanan yang tidak menentu seperti Libya mengharuskan Amerika sebagai negara dengan kekuatan global untuk hadir di kawasan tersebut melalui bantuan superioritas instrumen dan teknologi yang dimilikinya.

Upaya evakuasi yang dilakukan oleh keenam orang tim CIA tersebut merupakan bagian yang paling mengesankan dari film 13 Hours: The Secret Soldiers of Benghazi . Pertama, upaya tersebut dilakukan dengan perdebatan yang sengit dengan kepala kantor CIA di Benghazi. Perdebatan diantara keduanya apakah harus mengikuti rules of engagement atau harus menyelamatkan nyawa warga Amerika yang terancam. Kedua, evakuasi dilakukan dalam kondisi yang sangat berbahaya, dibawah serangan dan kejaran milisi bersenjata fanatik. Melakukan upaya reinforcement, defend dan evakuasi di suatu tempat dengan musuh yang memiliki kekuatan berkali – kali lipat dalam segi sumberdaya merupakan suatu hal yang sangat berbahaya dan sangat berisiko untuk dilakukan sebagaimana dikatakan oleh kepala kantor CIA di Benghazi. Tetapi dengan kepemimpinan, strategi, operasional dan taktis yang baik serta dukungan memadai dapat mensukseskan operasi meskipun terkadang dukungan dari pusat komando tersebut tidak dapat diandalkan sepenuhnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Buku dan Jurnal

Bartholomees Jr, J. Boone. (July 2010).“Theory of War and Strategy 4th Edition”. THE U.S. ARMY WAR COLLEGE GUIDE TO NATIONAL SECURITY ISSUES.

Helis, James.A. 2008. Chapter 11: Multilateralism and Universalism. PA: U.S. ARMY WAR COLLEGE GUIDE TO NATIONAL SECURITY ISSUES VOLUME II: NATIONAL SECURITY POLICY AND STRATEGY, p: 153-158

Kan, Paul Rexton. Chapter 13: “Lawyers, Guns and Money”: Transnational Threats and U.S National Security. PA: U.S. ARMY WAR COLLEGE GUIDE TO NATIONAL SECURITY ISSUES VOLUME II: NATIONAL SECURITY POLICY AND STRATEGY, p: 175-181

Morgenthau, Hans J. Kenneth W. Thompson and W. David Clinton. Politics Among Nations The Struggle for Power and Peace SEVENTH EDITION.

Footnotes

[1] US Department of State, J. Christopher Stevens Biography  https://www.state.gov/r/pa/ei/biog/193075.htm

[2] US National Security Strategy 2015, an Introduction. 2015

[3] United States Department of State Bureau of Diplomatic Security Office of Public Affairs, Diplomatic Security : 2012 Year in Review

[4] GlobalSecurity.org, “Libyan National Army”. https://www.globalsecurity.org/military/world/para/lna.htm

[5] Alen Shadunts, The Rational Actor Assumption in Structural Realism. http://www.e-ir.info/2016/10/28/the-rational-actor-assumption-in-structural-realism/

[6] Milisi lokal yang dimaksud adalah 17th February Martyr Brigade. Lihat selengkapnya di BBC.com, “Guide to key Libyan Militias”. http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-19744533

[7] U.S House of Representatives Permanent Select Committee on Intellegence, “Investigate Report on The Terrorist Attacks on U.S Facilities in Benghazi, Libya, September 11-12 2012”.November 21 2014, 113th Congress.

[8] U.S Committee on Foreign Relations. BENGHAZI: THE ATTACKS AND

THE LESSONS LEARNED HEARING BEFORE THE COMMITTEE ON FOREIGN RELATIONS

UNITED STATES SENATE ONE HUNDRED THIRTEENTH CONGRESS FIRST SESSION. January 23 2013. Washington : US Government Printing Office. See online version : http://www.gpo.gov/fdsys/

[9] Sebelumnya pernah diceritakan kisah ini melalui film Argo (2013) dimana milisi garda revolusi Iran menyerang  kedutaan AS di Teheran paska lengsernya Shah Iran saat itu, Reza Pahlevi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *